Jumat, 25 Januari 2013

Sejarah Singkat ANG YAN GOAN PEJUANG TIONGHOA-INDONESIA

     
     Perjalanan hidup Ang Yan Goan berhimpitan dengan sejarah etnis Tionghoa dan dinamika perang dingin. Ang Yan Goan yang lahir di Bandung tahun 1894 menempuh pendidikan dasar di THHK dan setelah tahun 1909 dikirm ke sekolah Ji Nan (khusus bagi orang Tionghoa perantauan) di Nanjing. Namun tahun 1911 meletus Revolusi Tiongkok sehingga Ang Yan Goan terpaksa kembali ke jawa.Ia kemudian aktif mengelola sekolah THHK di bogor.
          Tahun 1922 Ang Yan Goan menjadi redaktur koran Sin po. Selama empat dekade ia mengelola surat kabar tersebut sampai berganti nama menjadi Warta Bhakti tahun 1960-an dan diberedel awal Orde Baru. Menurut Ang Yan Goan, Sin Po dari awal mempunyai misi mengembangkan nasionalisme Tiongkok sehingga mereka akrab dengan konsulat Jenderal Tiongkok di Batavia.Koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah ''Indonesia'' untuk menggantikan '' Hindia Belanda'' dan ''warga Indonesia'' atau ''bangsa Indonesia menggantikan ''inlander'' pada tahun 1920-an. Surat kabar ini pula yang pertama kali memuat syair lagu Indonesia yang ditulis korespondennya, W.R. Supratman. Dalam buku Ang Yan Goan disebutkan pemuatan itu tahun 1930-an, tetapi pada arsip yang diperlihatkan Djoko Utomo, Kepala ANRI, anehnya tercantum tanggal 27 oktober 1928. Kalau ini benar, berarti sebelum diperdengarkan secara instrumentalia pada saat diikrarkan Sumpah Pemuda, teksnya sudah ''dibocorkan'' W.R. Supratman pada koran Sin Po.
           Pada bulan september 1945 Ang Yan Goan bersama dr. Kwan Tjoan Sioe menghadap Presiden Sukarno yang didampingi Wakil Presiden Hatta dan anggota kabinetnya di Pegangsaan Timur 56. Bung Karno mengatakan bahwa Indonesia Dan Tiongkok sama-sama berjuang menentang imprialisme dan menganut prinsip ius soli (kewarganegaraan ditentukan oleh tempat lahir).

Perang Dingin
         Dalam pemberitaan mengenai Perang Korea (1950-1953) tampaknya Sin Po  memihak Korea Utara yang memiliki persenjataan lebih lemah. Dalam suasana perang dingin pula hubungan Uni Soviet dan RRC menjadi retak. Di tanah air, pemerintahan yang dipimpin Sukiman  ( Masyumi) menjalin kerja sama pertahan dengan Amerika Serikat. Bulan Agustus1951 terjadi penangkapan terhadap 2.000-an orang yang dianggap kiri. Pemicunya adalah serangan sekolmpok orang berkaos palu arit ke pos polisi di Tanjung  Priok. Ang Yan Goan dan Siau Giok Tjan termasuk yang ditahan beberapa minggu. Anehnya, tokoh PSI Sutan Sjahrir juga terkena razia. Ang Yan Goan diinterogasi tentang haluan koran Sin Po serta dimana dia ketika terjadi peristiwa madiun tahun 1948. Razia Sukiman inik menarik untuk diteliti karena menurut John Roosa mengandung kemiripan dengan meletusnya peristiwa 1965. Jadi orang-orang PKI itu diprovokasi untuk bergerakterlebih dahulu lalu di hancurkan.
           Tahun 1960-an Ang Yan Goan pensiun dari Sin Po. Tetapi krisi keuangan yang membelit koran itu menyebabkan ia terpaksa ''turun gunug''. Ketika itu pula aparat menyegel koran tersebut Ang Yan  Goan menyodorkan nama Karim DP yang sudah belasan tahun menjadi wartawan koran tersebut sebagai pemimpin redaksi agar dapat diterima penguasa. Sin Po bergnti nama menjadi  Warta Bhakti dan menurut Ang Yan Goan memperlihatkan kenaikan oplah. Namun kemudian meletus Gerakan 30 September 1965 yang diawali dengan penculikan para Jenderal dan pengumuman Dewan Revolusi yang mencantumkan antara lain nama Karim DP dan Siau Gio Tjan. Breakhirlah riwayat Koran Sin Po. 
             Persitiwa G30S 1965 menyebabkan Ang Yan Goan kehilangan semuanya. Ia memutuskan menyusul putranya yang bekerja di Kanada tahun 1968. Di negeri ini lah ia sempat menuliskan memoar berdasarkan ingatannya belaka. Ang Yan Goan adalah saksi dan korban perang dingin. Ia meninggal tahun 1984 dalam usia 90 tahun tanpa sempat menyaksikan runtuhnya Tembok Berlin tahun 1989.

Sumber : Buku MENGUAK MISTERI SEJARAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar